Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

Cerpen: Hasrat

Sesungguhnya manusia adalah mahluk paling tidak sempurna, bohong bila manusia dikatakan adalah mahluk yang paling sempurna, karena nyatanya banyak dari mereka yang sering merasa kekurangan dan terus meminta untuk lebih dan lebih, namun dengan penuh rasa kesombongan mereka mampu menyebut diri mereka sebagai mahluk paling sempurna. Bahkan di masa awal peradaban, nenek moyang dan para leluhur mereka berani menyebut diri sebagai homo sapiens sapiens atau manusia yang bijaksana, karena mereka merasa kurang puas hanya dengan menyebut diri mereka sebagai homo sapiens, yang sebenarnya juga merupakan nama pemberian mereka sendiri. Bahkan dalam peradaban yang bisa dibilang paling maju sekarang, dengan penemuan paling mutakhir, tidak pernah ada kesempurnaan setidaknya serperti yang diinginkan mahluk yang memenuhi muka bumi ini, segalanya selalu saja tidak pernah cukup, tidak pernah sempuna, selalu ada celah untuk mencari ketidak sempurnan itu.  -  malam itu gelap gulita, keheningan

Cerpen: Hop Frog

Aku tidak pernah mengenal orang yang begitu senang terhadap lelucon seperti Sang Raja. Tampaknya, beliau hidup hanya untuk mendengar lelucon. Cara tercepat untuk mengambil hatinya adalah dengan melawak atau menuturkan lelucon dengan baik dan benar. Karena itu pula ketujuh menteri yang berada di bawah kepemimpinannya dikenal sebagai para pelawak ulung. Penampilan mereka hampir sama dengan Sang Raja yang bertubuh gemuk, besar, dengan kulit berminyak — diikuti oleh selera humor yang unik. Namun, aku tidak yakin apakah orang gemuk karena terlalu banyak melawak; atau memang pelawak gemuk cenderung lebih lucu. Hanya ada satu hal yang pasti: pelawak bertubuh kerempeng cenderung dianggap sebagai rara avis in terris (kesalahan). Sang Raja juga tak pernah merasa keberatan bila ada pelawak yang berimprovisasi dalam mengantarkan lelucon, sesuatu yang dianggapnya sebagai ‘hantu’ lawakan. Justru sebaliknya, Sang Raja sangat megagumi lelucon yang memiliki daya tafsir luas, dan tak jarang membia

Cerpen: Eleonora

Aku berasal dari kaum yang terkenal dengan semangatnya yang membara dan hasrat yang menggebu. Orang-orang menyebutku gila; namun pertanyaan yang muncul belum kunjung terjawab, apakah kegilaan merupakan kecerdasan yang tertinggi atau bukan – apakah begitu menganggungkan – apakah begitu mendalam – semua tidaklah tumbuh dari pikiran semata, namun berasal dari puncak tertinggi kekuatan intelektual. Mereka yang bermimpi di siang hari memiliki kesadaran lebih tinggi terhadap berbagai hal yang luput dari pandangan mereka yang hanya sanggup bermimpi di malam hari. Dalam pandangan mereka yang kelabu mereka menangkap sekilas keabadian dan getarangetaran, dan dalam terbangun, mereka sadar telah berada di tepi rahasia besar. Dalam sekejap, mereka mampu memahami kebaikan yang diajarkan oleh kebijaksanaan dan hanya sedikit pengetahuan mengenai keburukan yang mereka resapi. Meskipun demikian, mereka tampaknya mengarungi samudera “cahaya tak terlukiskan” yang begitu luas membentang tanpa penunjuk a

Cerpen: Kucing Hitam

Dari narasi terliar namun sederhana yang hendak kukisahkan ini, aku sama sekali tidak berharap atau meyakini apapun. Aku pasti gila bila mengharapkan sesuatu, karena jelasjelas seluruh akal sehatku telah menolak bukti-bukti yang ada. Aku masih waras – dan yang pasti, aku tidak sedang bermimpi. Aku paham, kematian akan menjemputku esok, untuk itu aku akan melepaskan seluruh beban jiwaku hari ini. Keinginan terbesarku adalah hidup di atas bumi ini secara sederhana, tanpa beban dan tanpa keluhan; hanya menjalani rangkaian peristiwa kehidupan yang biasa-biasa saja. Keinginanku ini telah banyak mendatangkan kengerian tersendiri bagiku – menyiksaku, menghancurkanku. Namun aku tak ingin menceritakannya di sini. Bagiku, semua itu adalah kisah horor dalam kehidupanku – meskipun bagi sebagian orang mungkin kisahku tak sebanding dengan kisah-kisah begaya baroque yang hebat. Beberapa pendapat intelektual mungkin akan mematahkan kisah fantasiku ini di beberapa bagian – pendapat-pendapat intele