Langsung ke konten utama

Ulasan Novel The Moor's Account Karya Laila Lalami


Judul Novel The Moor’s Account
Penulis Laila Lalami
Tahun Terbit 2014

Sinopsis

The Moor’s Account bercerita tentang perjalanan para penakluk dari Spanyol pada tahun 1500an yang melakukan penjelajahan di amerika selatan, tepatnya di La Florida atau lebih dikenal dengan Florida pada saat ini. Novel ini berkisah bagaimana penjelajahan tersebut mengalami bencana, dimana penjelajahan yang dipimpin oleh Panfilo De Narvaez yang beranggotakan 600 orang dan tiga kapal ini, gagal dan malah menjadi petaka, dari 600 awak yang ikut dalam penjelajahan tersebut berkurang perlahan-lahan dan hanya tersisa 4 orang, yang terdiri dari 3 orang Spanyol atau Castilian yang bernama Cabeza de Vaca, Andreas Dorantes dan Castillo, dan seorang budak maroko atau Moor yang bernama Mustafa Ibn Muhammad atau lebih dikenal dengan Estebanico.

Kisah penjelajahan pun berubah menjadi cerita bagaimana keempat orang tersebut yang mencoba bertahan hidup di dunia yang asing, dengan menggantungkan hidup dari satu suku Indian ke suku Indian lainnya, sebagai dokter atau dukun penyembuh. Hingga akhirnya mereka kembali bertemu dengan rombongan spanyol yang lain dan menyadari bahwa delapan tahun lamanya sudah berlalu semenjak kedatangan mereka pertama kali di La Florida.

Ulasan

The Moor’s Account adalah sebuah novel fiksi bergenre sejarah yang ditulis berdasarkan kisah nyata, bahkan kisah tersebut dituliskan dalah sebuah catatan perjalanan oleh salah satu dari keempat orang yang selamat dari rombongan Narvaez, yaitu Cabeza de Vaca dalam La Relacion. Dalam catatannya, dia menceritakan bagaimana sebuah penjelajahan yang butujuan untuk mencari kejayaan malah berujung petaka, dan bagaimana mereka bertahan hidup selama beberapa tahun di La Florida, sebuah dunia baru yang belum pernah mereka ketahui.

Namun, meskipun novel ini dituliskan berdasarkan kisah nyata dan pernah diceritakan dalam La Relaction, novel ini masih termasuk kedalam fiksi, karena banyak bagian dari novel, seperti karakter dan situasi yang digambarkan dan dituliskan berdasarkan imajinasi si penulis, Laila Lalami.

Hal lain yang membuat novel ini berbeda dan patut untuk dibaca adalah sudut pandang pencertiaannya, karena penulis dalam hal ini berani mengangkat seorang tokoh yang terlibat dalam kejadian bersejarah tersebut namun tidak banyak dikisahkan, bahkan dalam La Relaction karya Cabeze de Vaca dia hanya dituliskan dalam sepenggal kata yang kurang lebih berbunyi, dan orang keempat yang selamat dari rombongan Narvaez adalah seorang budak dari Maroko bernama Estebanico. Hal ini secara tidak langsung membuat tokoh Estebanico memiliki potensi yang besar untuk diberikan panggung pencertiaannya sendiri dari kisah penjelajahan rombongan Narvaez.

Buku ini sendiri dibagi menjadi dua puluh lima bagian, dimana di beberapa bagian awal pada novel ini penceritannya dituliskan secara maju dan mundur, yaitu kisah yang sedang terjadi di La Florida dan ingatan Estebanico mengenai masa lalunya di Azmur. Hal ini dituliskan serupa, tidak lain untuk memperkenalkan karakter utama yaitu Mustafa Ibn Muhammad atau lebih dikenal dengan nama Estebanico kepada pembaca, dan sekaligus penggambaran identitas dari penulis sendiri, dimana penulis novel ini, Laila Lalami, juga merupakan orang keturunan Maroko, dan dia ingin mengangkat derajat tokoh tersebut juga menarik simpati dari pembaca dengan menyuguhkan kisah masa lalunya.

Lalu, novel ini juga sarat dengan masalah orientalisme atau bagaimana pandangan dunia barat dan bagaimana mereka menggambarkan dunia timur. Karena novel ini mencoba menggambarkan La Florida dan para penghuninya atau yang lebih dikenal sebagai suku Indian, berbeda dengan bagaimana penggambaran barat selama ini dan juga bagaimana mereka digambarkan dalam La Relaction, namun dengan tetap tidak menjatuhkan martabat orang barat, dalam hal ini para Conqusitador atau Castilian.

Dalam novel ini, suku Indian digambarkan sebagai sebuah komunitas yang mandiri, dimana meskipun mereka tertinggal secara teknologi, pemanfaatan sumber daya dan ilmu pengetahuan, namun mereka memiliki kebudayaan yang kaya, juga tingkat bertahan hidup yang tinggi di alam liar. Dimana hal ini merupakan kebalikan dari penggambaran para Castilian di novel ini, dimana mereka adalah bangsa yang berperadaban maju, mampu memanfaatkan sumber daya alam dengan lebih maksimal dan modern, juga dengan ilmu pengetahuan yang lebih kaya, namun memiliki tingkat bertahan hidup yang rendah di alam liar, akibat bergantung dengan teknologi dan ilmu yang mereka miliki.

Juga novel ini mencoba menyisipkan pesan moral dan falsafah kehidupan menurut ajaran Islam. Hal ini menjadi wajar mengingat Laila Lalami sendiri adalah seorang penulis muslim. Dimana uang dan ketamakan adalah gerbang dari malapetaka, hal ini pertama kali disebutkan dalam novel oleh ayah dari Mustafa Ibn Muhammad, dan hal ini yang selalu tengiang dalam ingatannya.

Kemudian hal ini juga yang menjadi salah satu masalah utama dalam novel, karena banyak sekali kejadian buruk dan kemalangan yang menimpa tokoh-tokoh dalam novel tersebut diakibatkan oleh ketamakan. Seperti contohnya adalah Mustafa Ibn Muhammad sendiri dan alasannya menjadi budak, yang tak lain disebabkan ketamakannya untuk mendapatkan uang, dan karena dia tidak mennggubris nasihat dari ayahnya.

Novel ini sangat direkomendasikan bagi mereka yang menyukai sejarah dunia namun tidak menyukai cerita sejarah yang cenderung monoton dan datar, ataupun bagi mereka yang menyukai kisah romansa perjalanan bergaya lama dan petualangan, dimana latar dan novel ini sendiri adalah sebuah dunia baru yang belum pernah diketahui sebelumnya oleh para tokoh utama dalam novel ini, sehingga banyak hal baru yang tidak mereka ketahui dan banyak mempengaruhi isi cerita dari novel ini. Sekian, Ahmad Fauzy 05/04/2019.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen: Hasrat

Sesungguhnya manusia adalah mahluk paling tidak sempurna, bohong bila manusia dikatakan adalah mahluk yang paling sempurna, karena nyatanya banyak dari mereka yang sering merasa kekurangan dan terus meminta untuk lebih dan lebih, namun dengan penuh rasa kesombongan mereka mampu menyebut diri mereka sebagai mahluk paling sempurna. Bahkan di masa awal peradaban, nenek moyang dan para leluhur mereka berani menyebut diri sebagai homo sapiens sapiens atau manusia yang bijaksana, karena mereka merasa kurang puas hanya dengan menyebut diri mereka sebagai homo sapiens, yang sebenarnya juga merupakan nama pemberian mereka sendiri. Bahkan dalam peradaban yang bisa dibilang paling maju sekarang, dengan penemuan paling mutakhir, tidak pernah ada kesempurnaan setidaknya serperti yang diinginkan mahluk yang memenuhi muka bumi ini, segalanya selalu saja tidak pernah cukup, tidak pernah sempuna, selalu ada celah untuk mencari ketidak sempurnan itu.  -  malam itu gelap gulita, keheningan

Ulasan Novel Terusir Karya Buya Hamka

Ulasan mengenai novel terusir Judul Novel Terusir Penulis Buya Hamka Sinopsis Bercerita tentang perjalanan hidup Mariah, seorang wanita dari kalangan biasa yang terusir kehadirannya dari hidup Azhar suaminya dan Sofyan putra mereka. Ia kemudian terpaksa melanjutkan kehidupannya tanpa arah dan tujuan, sendirian di jalanan tanpa tempat untuk kembali, karena kedua orang tua Mariah telah meninggal, dan ia tidak memiliki sanak saudara. Diujung hidupnya yang penuh ketidak pastian dan penderitaan, satu-satunya hal yang dapat membuatnya bertahan adalah cintanya terhadap Sofyan putranya, bahkan setelah ia jatuh kedalam palung kehinaan paling dalam di hidupnya ia masih bertahan, dengan pengharapan kelak ia dapat bertemu dan mencurahkan rasa cintanya kepada Sofyan. Ulasan Terusir adalah sebuah novel yang bercerita tentang cinta, romansa kehidupan, dan permasalahan pelik yang menimpa sebuah rumah tangga yang hadir diakibatkan oleh sifat iri dan dengki, juga sebuah penggambaran secara nya

Cerpen: Persoalan Minta Minta

"Allahhu akbar.... Allahhu akbar....." dengan merdu Azan dilantunkan sang muazin, sebuah masterpiece, lantunan syair yang digumamkan tanpa alunan musik hanya bermodalkan pita suara, lebih merdu dibandingkan musik Mozart. Merdu, lantaran hanya mereka calon penghuni surgalah yang mampu menikmatinya -bukankah semakin sedikit penikmatnya semakin tinggi nilai hal tersebut- dan membuat mereka mampu melangkahkan kaki, melepaskan diri dari belenggu duniawi dengan segala gegap gempitanya. Sebuah panggilan akan deklarasi lemahnya sekaligus kuatnya seseorang yang menghamba kepada Allah. Lemah karena mereka tau bahwa mereka selalu hidup dalam ketergantungan, kuat karena mereka mampu memecah rantai belenggu dunia meski hanya sepersekian menit. Otong bergegas, berlari tunggang langgang menujur kamar dan segera berhadapan dengan almarinya. Digantinya pakaian main dengan kain sarung, songkok hitam dan baju koko putih, serta menjambret sajadah. Siap sedia dengan shalat