Langsung ke konten utama

Ulasan Novel Eleven Minutes karya Paulo Coelho

Sumber: https://www.amazon.in/Eleven-Minutes-Paulo-Coelho/dp/8172235631

Ulasan novel Eleven Minutes
Judul : Eleven Minutes
Karya : Paulo Coelho
Tahun : 2003

Sinopsis

Eleven Minutes adalah sebuah novel yang bercerita tentang perjalanan hidup seorang wanita muda yang berasal dari Brazil bernama Maria yang bermimpi suatu saat akan menemukan cinta sejatinya, seorang pangeran tampan yang akan menjemputnya layaknya kisah putri dari negri dongeng. Namun takdir justru berkata sebaliknya, seiring dengan berjalannya waktu, bukannya menemukan cinta sejatinya Maria justru terjerumus dalam dunia prostitusi. Dalam menjalani hidupnya sebagai seorang pekerja prostitusi ia beranggapan bahwa seks adalah selalu soal kesenangan dan nafsu semata, namun hal ini berubah setelah ia bertemu dengan seorang pelukis terkenal bernama Ralf Hart, yang mengatakan bahwa ia memiliki cahaya yang unik dan mengenalkan kepadanya ‘makna seks’ yang lebih suci dari apa yang ia ketahui selama ini. Jatuh cinta dengan pelukis tersebut, Maria justru dilanda oleh dilema antara cinta dan realita.

Ulasan

Berbeda dengan kebanyakan novel yang ditulis oleh Paulo Coelho yang kebanyakan bercerita tentang romansa kehidupan dan impian, novel Eleven Minutes justru bercerita tentang hal yang dianggap tabu untuk dibicarakan, yaitu seks dan dunia malam, bahkan penamaan novel ini berasal dari waktu rata-rata seberapa lama pria mampu bercinta sebelum akhirnya mencapai batasnya. Meskipun begitu, bukanlah Paulo Coelho bila tidak menuliskan novelnya dengan kata-kata yang puitis dan mampu memikat para pembacanya, ia juga selalu menyisipkan nilai-nilai falsafah kehidupan dalam tiap karyanya, juga dalam novel ini.

Meskipun menggunakan tema dan topik yang berbeda dengan novel-novel yang sebelumnya ia tuliskan, novel ini memiliki kesamaan dengan beberapa novel karya Paulo Coelho lainnya. Novel ini bercerita tentang kejatuhan dan kebangkitan seseorang, dimana ia menemukan hal yang ia cari selama ini ditengah kejatuhannya. Novel ini adalah sebuah pesan untuk tidak menyerah dan untuk tidak melihat suatu hal dari satu sudut pandang, karena meskipun hal tersebut adalah sebuah rutinitas yang memiliki nilai sama di mata hampir setiap orang, bukan tidak mungkin kita dapat menemukan sudut pandang baru yang mungkin berlawanan dengan arus utama.

Karakter utama yang memiliki nama Maria, sebuah nama yang sarat akan simbol kesucian dan religiositas, digambarkan dalam novel ini jauh berbeda dari ekspektasi tersebut. Maria mungkin adalah gadis yang polos dan hanya mengharapkan kebahagiaan dirinya, tapi semua masa itu telah lewat, Maria yang sekarang adalah gadis mandiri yang tahu cara untuk memikat lawan jenis demi kepentingan pribadinya. Meskipun ia terjebak atau dijebak untuk masuk kedalam dunia prostitusi, namun ia digambarkan cukup piawai dalam hal itu.

Sebagaimana kontradiksi yang hadir dari penamaan karakter utama dengan apa yang melekat pada nama tersebut, juga dari gaya penceritaan novel ini pada paragraf awal, tema dan topik yang digunakan juga memiliki kontradiksi antara ide yang penulis coba utarakan dengan pandangan publik secara umum.

Banyak orang yang memiliki pandangan tradisional saat mendengar kata prostitusi atau seks, tidak sedikit orang yang menghubungkannya dengan nafsu dan kepuasan secara jasmani, namun apa yang justru saya temukan melalui novel ini, seks yang dilakoni oleh “pedagang” dan “pembelinya” justru lebih kepada kepuasan secara rohani atau batin. Mereka datang secara berkala ke tempat-tempat yang memperdagangkan seks bukan untuk memenuhi nafsu alaminya namun demi pembuktian diri dan pemenuhan kepuasan secara rohani dan batin, bahwa mereka adalah lelaki yang masih memiliki keperkasaan, karena yang mereka beli bukanlah kepuasan bercinta untuk diri mereka sendiri tapi kepuasan bercinta yang pasangannya dapatkan. Mereka tidak cukup bodoh, datang ketempat itu hanya untuk bercinta dan merasa puas, karena hal itu bisa dilakukan bersama istri atau kekasih mereka, namun mereka datang untuk menjawab pertanyaan, apakah mereka mampu memberikan kepuasan terhadap istri atau kekasih mereka saat berhubungan? Karena itulah mereka mencoba menjawab hal tersebut dengan bantuan orang lain, demi memenuhi kepuasan batin mereka.

Juga diceritakan tidak sedikit dari pembeli yang datang bukan untuk melakukan hubungan seks dengan penjualnya namun untuk melakukan hal yang lain. Ada sebuah adegan dimana Maria harus melakukan hal-hal yang diluar kewajaran untuk memenuhi keinginan pembelinya dengan memohon ampun atas siksaan yang akan dilakukan oleh pembeli tersebut. Meskipun mereka melakukannya dengan kesadaran penuh dan persetujuan dari kedua belah pihak, tanpa harus adanya pihak yang dirugikan. Hal ini menunjukan bagaimana si pembeli mencoba memenuhi kepuasan batinnya dengan membeli rasa hormat, yang dilakukan dengan cara menunjukan kekuatannya dan kekuasaannya saat menindas orang yang lebih lemah darinya, yaitu si penjual, meskipun hal ini dilakukan secara pura-pura.

Disisi lain, jika banyak orang yang menggap bawah seks secara tradisional adalah sebuah perbuatan yang mempersatukan dua buah tubuh, karena itu juga dalam Bahasa Indonesia disebut bersetubuh, namun menurut Rafl Hart, seks hal yang lebih dari itu yaitu penyatuan dua jiwa. Rafl Hart mengenalkan kepada Maria bahwa seks adalah sebuah cara berkomunikasi antara dua jiwa, penyatuan yang tidak hanya dilakukan oleh dua buah tubuh tapi juga jiwa, karena itu tindakan seks seringkali membekas pada jiwa pelakunya.

Novel ini sangat direkomendasikan bagi mereka yang menyukai kisah-kisah yang penuh dengan kejutan, juga bagi mereka yang menyukai kedalaman dalam memandang suatu hal atau kasus dan ingin lari dari arus utama yang biasanya membuat atau mengarahkan pemikiran pada pandangan yang lebih dangkal. Novel ini juga berbicara tentang permasalahan yang ada disekitar kita, jadi pembaca juga bisa mengambil sedikitnya pelajaran dari novel ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen: Hasrat

Sesungguhnya manusia adalah mahluk paling tidak sempurna, bohong bila manusia dikatakan adalah mahluk yang paling sempurna, karena nyatanya banyak dari mereka yang sering merasa kekurangan dan terus meminta untuk lebih dan lebih, namun dengan penuh rasa kesombongan mereka mampu menyebut diri mereka sebagai mahluk paling sempurna. Bahkan di masa awal peradaban, nenek moyang dan para leluhur mereka berani menyebut diri sebagai homo sapiens sapiens atau manusia yang bijaksana, karena mereka merasa kurang puas hanya dengan menyebut diri mereka sebagai homo sapiens, yang sebenarnya juga merupakan nama pemberian mereka sendiri. Bahkan dalam peradaban yang bisa dibilang paling maju sekarang, dengan penemuan paling mutakhir, tidak pernah ada kesempurnaan setidaknya serperti yang diinginkan mahluk yang memenuhi muka bumi ini, segalanya selalu saja tidak pernah cukup, tidak pernah sempuna, selalu ada celah untuk mencari ketidak sempurnan itu.  -  malam itu gelap gulita, keheningan

Ulasan Novel Terusir Karya Buya Hamka

Ulasan mengenai novel terusir Judul Novel Terusir Penulis Buya Hamka Sinopsis Bercerita tentang perjalanan hidup Mariah, seorang wanita dari kalangan biasa yang terusir kehadirannya dari hidup Azhar suaminya dan Sofyan putra mereka. Ia kemudian terpaksa melanjutkan kehidupannya tanpa arah dan tujuan, sendirian di jalanan tanpa tempat untuk kembali, karena kedua orang tua Mariah telah meninggal, dan ia tidak memiliki sanak saudara. Diujung hidupnya yang penuh ketidak pastian dan penderitaan, satu-satunya hal yang dapat membuatnya bertahan adalah cintanya terhadap Sofyan putranya, bahkan setelah ia jatuh kedalam palung kehinaan paling dalam di hidupnya ia masih bertahan, dengan pengharapan kelak ia dapat bertemu dan mencurahkan rasa cintanya kepada Sofyan. Ulasan Terusir adalah sebuah novel yang bercerita tentang cinta, romansa kehidupan, dan permasalahan pelik yang menimpa sebuah rumah tangga yang hadir diakibatkan oleh sifat iri dan dengki, juga sebuah penggambaran secara nya

Cerpen: Persoalan Minta Minta

"Allahhu akbar.... Allahhu akbar....." dengan merdu Azan dilantunkan sang muazin, sebuah masterpiece, lantunan syair yang digumamkan tanpa alunan musik hanya bermodalkan pita suara, lebih merdu dibandingkan musik Mozart. Merdu, lantaran hanya mereka calon penghuni surgalah yang mampu menikmatinya -bukankah semakin sedikit penikmatnya semakin tinggi nilai hal tersebut- dan membuat mereka mampu melangkahkan kaki, melepaskan diri dari belenggu duniawi dengan segala gegap gempitanya. Sebuah panggilan akan deklarasi lemahnya sekaligus kuatnya seseorang yang menghamba kepada Allah. Lemah karena mereka tau bahwa mereka selalu hidup dalam ketergantungan, kuat karena mereka mampu memecah rantai belenggu dunia meski hanya sepersekian menit. Otong bergegas, berlari tunggang langgang menujur kamar dan segera berhadapan dengan almarinya. Digantinya pakaian main dengan kain sarung, songkok hitam dan baju koko putih, serta menjambret sajadah. Siap sedia dengan shalat